Oleh: Hanif Marjuni
(Media Corporate and Public Relation Manager PT LIB)
Selasa, 29 Juni 2021. Sekitar pukul 15.30 WIB, saya mendapatkan perintah dari Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru (LIB), Bapak Irjen (P) Drs. Sudjarno. Isi perintah itu, segera menggelar pertemuan secara virtual dengan rekan-rekan media.
Pak Jarno, begitu kami memanggilnya, dan Sekjen PSSI, Yunus Nusi menyampaikan ke rekan-rekan media bahwa kompetisi Liga 1 2021/2021 dan Liga 2 2021 resmi ditunda.
Sontak, pikiran pun bermacam-macam. Campur aduk. Beragam tanda-tanya pun bermunculan.
Bagaimana nantinya kekecewaan klub yang sudah menggelar persiapan matang dan beberapa pertandingan uji coba?
Bagaimana respon publik yang sudah lama menantikan bergulirnya liga?
Bagaimana sikap rekan-rekan media yang selama ini intensif mendukung adanya kompetisi?
Bagaimana pula sikap pemain yang sudah getol merumput di lapangan?
Bagaimana pula ulah haters yang tidak setuju bergulirnya liga di tengah pandemi Covid-19 yang masih melanda?
Semua hanya bisa menerka jawabannya. Tapi, sudahlah. Cari solusi terbaik, Bismillah.
Dalam konteks respon dari stakeholder, tentu banyak yang kecewa. Minimal gusar. Bayangkan, dari sisi operator, PT LIB sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Bahkan, persiapan itu sudah dilakukan ketika Piala Menpora 2021 bergulir.
Dari penjadwalan, penentuan format kompetisi, koordinasi dengan Kementerian Kesehatan, komunikasi dengan Local Organizing Committee (LOC) atau panpel setempat juga sudah dilakukan. Bahkan dengan Mabes Polri, intensif dilakukan.
Tercatat, beberapa kali saya mendampingi pimpinan menghadap Asops Kapolri dan Wakabaintelkam Polri. Termasuk ketika berkoordinasi via virtual dengan beberapa Polda di tanah air, dua pekan lalu.
Masih teringat pula ucapan dukungan petinggi Polri kepada kami. Sangat jelas dan suara yang lantang.
Sama sekali tak ada perkiraan jika kompetisi akan ditunda. Klub dan pemain juga optimistis kompetisi akan on schedule.
Mereka pun kaget dengan kebijakan penundaan kompetisi tersebut. Usai menggelar press conference, beberapa pengurus klub Liga 1 langsung telepon saya. Menanyakan kebenaran informasi tersebut.
Saya memaklumi kegalauan itu. Bukannya apa-apa, bagaimana pun, dengan pengumuman pengunduran jadwal kompetisi Liga 1 dan Liga 2, mereka harus menghitung ulang semuanya.
Ya, menghitung duit yang akan dikeluarkan lagi, menghitung istirahat pemain, menghitung jadwal ulang latihan, sampai menghitung waktu untuk launching club. Lengkap sudah!
Pemain? Sami mawon. Salah satu pemain berlabel timnas menelepon saya dan memastikan apakah info penundaan kompetisi itu benar. Gak tahu apa yang ada di benak mereka. Bisa jadi kecewa lantaran harapan untuk kembali merumput, harus tertunda. Bisa juga sebab lain, misalnya klausul kontrak.
Lalu, pemain dan klub itu bertanya, kapan kompetisi akan dimulai lagi? Pertanyaan yang sulit untuk menjawabnya secara akurat.
Patut direnungkan. Alasan penundaan kompetisi bukan soal teknis atau kesiapan operator dan peserta. Apalagi soal protokol kesehatan (prokes). Jika mempertanyakan prokes, klub sudah berpengalaman di Piala Menpora 2021. Ingat, tak sedikit pula malah yang mengkritik bahwa prokes di Piala Menpora 2021 terlalu ketat.
Penundaan kompetisi murni karena mengikuti anjuran pemerintah yang mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Perhitungannya mulai tanggal 3 hingga 20 Juli 2021.
Dengan begitu, normatifnya, setelah tanggal 20 Juli 2021 kompetisi bisa digulirkan. Bisa tanggal 23, 25 atau 30 Juli 2021.
Tunggu dulu, ternyata perhitungannya tak semudah itu. Dengan kondisi saat ini, diharapkan PPKM tidak dilanjutkan lagi. Kemudian, tidak ada lagi catatan angka pandemi yang mengkhawatirkan. Terutama di Jawa dan Bali. Jika itu terjadi, maka kompetisi bisa dikatakan aman. Bisa digulirkan dalam waktu yang tidak lama dari tanggal 20 Juli 2021.
Ada hal lain yang harus dipertimbangkan.
Selama masa PPKM darurat, banyak klub memilih untuk meliburkan latihan. Itu artinya, mereka butuh waktu untuk kembali mengumpulkan pemain. Plus, mengembalikan kebugaran semua pemain dalam standar yang diinginkan.
Jelas itu bukan kebijakan bim salabim abrakadabra. Bisa cepat diwujudkan. Memerhatikan ucapan beberapa manajer klub, mereka setidaknya butuh 2-3 pekan untuk kembali berkumpul. Bahkan ada yang beride butuh waktu sebulan lamanya untuk kembali latihan.
Nah, ini yang harus duduk bersama. Diputuskan Bersama. Klub, LIB, dan PSSI akan terus berkomunikasi. Mencari jadwal yang ideal untuk memulai kompetisi. Dengan beragam antisipasi tentunya. Dan, satu lagi, PPKM darurat tidak dilanjutkan lagi.
Jadi, mari kita tunggu dan dukung dengan cara kita masing-masing.
Sederhana saja.
Selama PPKM Darurat, cukup tinggal di rumah. Lakukan sesuai anjuran pemerintah dengan menetapkan 5 M. Yaitu Memakai masker, Mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, serta Membatasi mobilisasi dan interaksi.
Untuk yang satu ini, ada baiknya kita belajar di kisah yang muncul di perhelatan Piala Eropa 2020. Dibalik gemerlap hajatan empat tahunan itu dengan segala sensasinya, ternyata ketakutan akan berdampak pada angka pandemi Covid-19, benar-benar terjadi. Beberapa negara, angkanya naik. UEFA pun disalahkan. Miris.
Kembali ke soal dukungan. Pada saat kompetisi Liga 1 dan Liga 2 digulirkan (tanpa penonton, red), kembali cukup dukung dari rumah. Tak perlu datang ke stadion. Tak perlu bikin nonton bareng, apalagi berkerumun.
Jika semua disiplin dan komitmen, Insya Allah, pengumuman pada Selasa, 29 Juni 2021 lalu, bukan Selasa yang kelabu. Kompetisi akan bisa bergulir seperti yang kita harapkan.
Semoga. Aamiin.