Selalu Ada Cerita Dari Palangka Raya

Selalu Ada Cerita Dari Palangka Raya

05 Desember 2023

PEGADAIAN LIGA 2 2023-24 KALTENG PUTRA

Oleh: Hanif Marjuni
(Manajer Media dan Komunikasi PT LIB)

 

USAI mencetak gol, Guy Junior berlari ke pinggir lapangan. Ia mengambil topi khas ala suku Dayak lalu memakainya. Tak lama kemudian, ia menari di ujung lapangan di Stadion Tuah Pahoe, Palangka Raya. Ia bahagia.

Dua kali, Guy Junior melakukan selebrasi itu. Pemain naturalisasi ini memang mencetak dua gol saat timnya, Kalteng Putra menang 2-1 atas Persiba Balikpapan pada pekan ke-12 Pegadaian Liga 2-2023/24, Kamis (30/11).

Pada beberapa laga kandang sebelumnya, selebrasi yang dilakukan pemain-pemain Kalteng Putra saat mencetak gol, biasa-biasa saja. Persis seperti yang dilakukan tim-tim lain saat sukses menjebol gawang lawan. 

Selebrasi ala Guy Junior dengan memakai topi khas Dayak lalu menunjukkannya ke penonton, akan menjadi ‘tradisi baru’ bagi Kalteng Putra. Dengan kata lain, mulai laga kandang kontra Persiba itu, selebrasi tersebut akan terus ditunjukkan. Siapa pun yang mencetak gol, harus melakukannya.

Manajer tim Kalteng Putra, Sigit Widodo membenarkan hal itu. “Niat kami,mulai sekarang jika ada pemain yang mencetak gol di kandang, maka ia bisa berlari ke pinggir lapangan dan memakai topi itu. Bagi kami, topi itu sebagai simbol kebanggaan pemain kami terhadap klub dan Palangka Raya,” terang Sigit, Kamis (30/1).

Selebrasi dengan memakai topi atau atribut apa pun, mungkin sudah menjadi hal yang biasa. Tapi, memakai topi khas Dayak ini jelas berbeda. 

Kenapa berbeda? Tengok bentuk topi itu yang unik. 
Di atasnya ada semacam mahkota yang menampilkan kepala burung Tinggang atau Enggang. Lalu, ada beberapa bulu burung Tinggang dalam ukuran yang besar dan selalu menarik perhatian mata.

Sekadar informasi, dalam bahasa latinnya, burung Tinggang atau Enggang disebut juga Rhinoplax vigil. Itu merupakan keluarga burung yang masuk kategori langka. Hanya ditemukan di belantara Malaysia, Sumatera, Kalimantan dan Myanmar. Populasinya juga tak banyak.

Nah, pada persepsi kelangkaan burung Tinggang di jagat satwa, masuk akal jika selebrasi dengan memakai topi Dayak (menampilkan visual burung Tinggang) menjadi ide yang harus dirutinkan. Minimmal ditunjukkan di laga kandang.

Bukannya apa-apa, maknanya ganda. Tidak melulu orientasinya menampilkan selebrasi dengan cara berbeda, unik, dan menarik yang selalu dinanti penonton di stadion. Tapi bisa juga menjadi ‘identitas lain’ bagi Kalteng Putra.

Apalagi, ternyata, burung Tinggang juga menjadi maskot bagi Kalteng Putra. “Di logo kami, juga menampilkan burung Tinggang,” tambah Sigit.

Jelas sudah. Rasanya, selebrasi gol dengan mengenakan topi Dayak (dihiasi dengan burung Tinggang) yang dilakukan Kalteng Putra, pantas untuk didukung.
Sekali lagi, manfaatnya ganda. 

Bukan hanya menjadi identitas atau bagian dari intertainment di pertandingan. Namun, lebih dari itu, selebrasi tersebut bisa bercerita ke dunia bahwa Palangka Raya punya burung Tinggang atau Enggang, keluarga satwa langka yang konon hidup sejak ribuan tahun yang lalu.